Monday, December 2, 2013

Peringatan 01 Desember 2013

Hari ini, saya,
Rachel Y A N,
Memperingati hari dimana saya ingin lepas dari seseorang bernama #, yang sudah banyak mengubah hidup saya selama kurang lebih 8 bulan, dan meninggalkan saya dengan alasan "belum waktunya".
Sebagaimana tanggal-tanggal yang selalu saya ingat mulai dari awal bertemu, dekat, jalan, lalu jadian, dan beberapa kejadian lain,
Hari ini, 01 desember 2013, menjadi peringatan hari dimana semuanya saya akhiri dan saya tutup.
Peringatan ini juga menjadi peringatan buat diri saya sendiri, bahwa :
1. "Cinta itu berani ditinggal pergi."
Saya, Rachel Y A N,
Hari ini membebaskan #, kemanapun dia pergi dan kepada perempuan manapun yang menjadi pilihannya untuk berhenti. Saya berjanji untuk merelakannya.
Terkhusus juga,
2. Tidak hanya membebaskan orang yang bersangkutan, melainkan membebaskan pikiran saya juga.
Membebaskan pikiran saya dari segala hal, bentuk, kejadian, tempat, memori, moment-moment bersama # yang tidak akan bisa saya lupakan, tetapi tidak pantas untuk di ingat-ingat lagi, dengan dasar bahwa setiap saya mengingatnya, saya akan selalu menangis. Maka dengan ini, peringatan ditujukan kepada diri saya sendiri untuk tidak boleh membiarkan diri saya menangis lagi karena hal yang sama, setiap hari.

Peringatan 01 desember 2013 akan dimulai dengan pergantian Direct Picture Blackberry Messenger saya, status Blackberry Messenger saya, kemudian dilanjutkan dengan mengganti Avatar Twitter saya.
Segala hal yang masih ada hubungannya dengan #, kedepannya tidak akan saya ganggu gugat lagi, untuk menjadi kenangan sekaligus pengingat saya, bahwa saya pernah bahagia dan sakit hati, tepatnya disakiti dan ditinggalkan.

Semoga Tuhan berkenan atas segala hal yang sudah saya ucapkan diatas.
Semoga Tuhan memberkati setiap rencana rencana saya.
Semoga Tuhan memberi kekuatan dan ketenangan kepada hati dan pikiran saya, untuk maju kedepan dan tidak perlu melihat kebelakang lagi.
Amin.

Sekian dan Terimakasih.


Latepost.

This Is Water

"Tik, tau ngga.
Barusan aku liat instagram bang loren.
Dia dapat surprise dari kawan-kawannya tik.
Dulu dia pernah cerita kalo dia pengen dapat surprise di hari ulang tahunnya.
Dia bahagia kemaren tik.
Seneng kali rasanya liatnya.
Dia ga sepi waktu ulang tahunnya.
Kawan-kawannya baik.
Harapannya terkabul kemaren.
Aku seneng kali liatnya.
Rasanya itu udah cukup."

Terimakasih banyak, Tuhan.


One day after 28 November 2013, 19:30.
BBM yang tidak jadi saya kirim kepada teman saya.
Lalu saya pindahkan ke MemoPad.

Latepost.

Monday, November 4, 2013

Surat Yang Tak Pernah Sampai

"Selama kau punya kenangan,
kau masih bisa bersamanya didalam hati"



Saya ga mau berharap apa-apa lagi, bang.
Terimakasih buat masa pdkt-an yang sangat sangat indah.
Terimakasih sudah menemani saya selama kurang-lebih 8 bulan.
Saya akan selalu mengingatnya, bahwa saya pernah sebahagia itu.
Hal yang sampai hari ini tidak berhenti saya rindukan.


Saya tadi tidak sengaja menemukan videogram seorang temanmu.
Saya melihatmu disana, lalu saya sadar.

Saya hanya ingin melihatmu bahagia.
Tidak lebih.
Kalau memang seperti ini yang membuatmu bahagia, sudahlah,
tidak apa-apa buat saya.


Semoga selalu baik-baik saja disana, bang.

Monday, October 28, 2013

Cerah Yang Tak Sejati

Sampai hari ini saya masih percaya kalau kamu itu orang yang baik.
Mau gimanapun orang orang diluar sana bilang tentang kamu,
Mau berapa haripun kamu sudah meninggalkan saya belakangan ini,
Saya masih, dan selalu percaya kamu itu orang baik.


Orang yang akan selalu ada di doa doa saya.
Orang yang sama ada di kepala saya sebelum saya tertidur dan ketika saya bangun.
Orang yang sampai saat ini masih saya harapkan untuk menghubungi saya lagi.
Saya masih percaya itu.


Hari ini, kamu tidak pernah absen dipikiran saya, sama seperti hari-hari sebelumnya,
dan se tidak-pernah-absen itu juga saya menangis.
Saya sedih, sangat sedih sekali.
Saya kehilangan sekali.
Sangat rindu sekali.


Berulang kali, setiap detik, menit, membuka bb saya, berharap kamu ada disana.
Kamu yang menanyakan saya, kamu yang menanyakan bagaimana hubungan ini.
Saya menangis lagi,
ketika saya tau kamu tidak disana.


Saya tidak tau kamu dimana sekarang.



Dan saya kembali menangis.

Terimakasih Tuhan

Tulisan ini saya buat setahun yang lalu, menjelang akhir tahun,
Namun tulisan ini masih berlaku sampai hari ini,
Seberapapun jauhnya jarak yang telah memisahkan kami, karena tuntutan ilmu.


Terimakasih Tuhan.
Tahun ini, saya terima paketan dari Tuhan.

Ada Egi, yang bikin telinga saya jd berguna setiap hari. Mata setelah mata saya jika mata saya suatu kali buta karena ketutup masalah.

Ada Alfred, jadi kakak bisa, jadi adik juga bisa, jadi kawan bisa, jadi sahabat bisa, jd yg paling sibuk bisa, dan jd yg paling suka bikin tensi naik pun bisa. Saya ga tau kalo Tuhan tdk punya dia untuk dipinjamkan kepada saya jadinya gimana.

Ada Dini, yang paling simple, tapi pikirannya paling sulit. Kalo ga ada dia Tuhan, saya rasa saya bakal jadi manusia paling terbelakang soal gosip.

Ada Uga, cermin saya biar tidak lewat batas pemikiran yang belum seharusnya saya lakukan. Dia itu tangan setelah tangan saya kalau tiba-tiba tangan saya sulit diajak kerja sama-sama.

Ada Ella, paling serius dari kami. Setidaknya dia lebih normal dari kami. Paling tertutup. Tapi kalo ga ada dia, saya rasa saya sudah ketinggalan kereta buat kejar-kejaran sama pelajaran dan waktu.

Ada Chris, ini juga rangkapan, Tuhan. Saya banyak belajar dari dia. Belajar untuk jadi lebih baik, lebih dewasa. Hari-hari saya ga flat. Dia yang paling peka, tapi ga bisa ngomong. Dia yang paling rame, dan telinga saya juga berguna kalau bicara sama dia.

Ada XII IPA 8 juga. Tuhan kirim mereka ke saya, supaya belajar jadi seorang pemimpin. Supaya saya jadi lebih pengertian, lebih menahan diri, lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Rumah kedua saya selain mobil ella, kamar ella, lantai kamar egi [tempat saya bisa ngapain aja, termasuk curhat].



Banyak orang yang lebih baik dari mereka. Tapi mereka yang terbaik buat saya, dari Tuhan.

Thursday, October 24, 2013

25 Oktober 2013

Ada yang menunggumu disini.

Menunggumu untuk selalu kembali ke sini,
Seberapa pun jauh nya kau pergi. 
Sebanyak apapun tempat yang kau kunjungi. 

Kau tak perlu merasa diberatkan dengan hal ini.
Aku ikhlas menunggumu.

Karna beginilah cinta seharusnya.

Karna hanya Tuhan yang bisa menjaga kita,
dengan jarak sejauh ini.

Semoga kita tetap terjaga.
Aku, tak terkecuali kamu.


Happy our second months anniversary,
25 Agustus 2013.

Wednesday, September 18, 2013

18 September 2013

Kangen. Kangen kali.
Tidak lebih tidak kurang.

Kangen sekali.

Sangat kangen sekali.

Buat kamu,
yang tidak tau lagi ngapain.

Saya kangen berat sama kamu.

Saya tau semalam saya salah. Saya mungkin memang berlebihan,
terlalu berlebihan untuk demikian.
Seharusnya saya tidak begitu. Seharusnya lagi, saya tidak perlu mengatakannya padamu.
Seharusnya saya pikir lebih lama lagi, mungkin.
Seharusnya saya lebih sabar sedikit. Seharusnya saya lebih realistis.
Saya benar benar minta maaf, tidak bisa menahannya untuk mu, tidak bisa menyimpannya, tidak bisa berpikiran lebih positif, saya tidak bisa. Maafkan saya. Saya seharusnya tidak begitu.
Saya yang salah. Saya minta maaf.


Semoga kamu baik baik saja disana.
Semoga tetap mengingat saya disini.

Semoga cepat kembali.


18, our first time meet up by planning.

Tuesday, August 13, 2013

Pulang (Bagian Pertama)

Siang menjelang sore, sekitar pukul 16.30 waktu Indonesia bagian Barat, lokasi : kamar kak Jessy.

Kali ini saya mau berbagi tentang seseorang yang sudah menjadi seseorang yang cukup berarti buat saya belakangan ini, pemuda yang saya ungkit-ungkit di blog sebelumnya. Saya sedang ingin sekali bercerita banyak hal tentang dia, makanya saya kesini. Just keep reading.

Bermula dari DPR SMA saya yang berada di Medan, rumah saya selama 3 tahun. Kami menyebutnya DPR (Dibawah Pohon Rindang), tepatnya di samping halaman sekolah yang luas, tempat orang-orang pada duduk untuk sekedar menikmati angin sepoi-sepoi, atau menyemangati temannya sedang bermain di lapangan, tempat berbagi cerita, dan tempat belajar bersama untuk mendiskusikan banyak hal.

Hari itu, Jumat, 22 Juli 2011.
Harinya kami berlari, bermain, menikmati milo ice chocolate nya kantin, dan makan sebanyak-banyaknya. Yap, karena kami kelelahan. Harinya kami mendapat jadwal olahraga pada jam jam terakhir kelas. Bisa bayangin, gimana panasnya kota Medan? Lalu kami berolahraga di jam itu, dan bayangkan jadinya kami setelah pulang sekolah. Tapi kami tetap bahagia. Dan hari Jumat, menjadi hari kesukaan saya dengan teman saya, Ugani, karena kami sangat sangat bahagia ketika berolahraga.
Pulang sekolah ada janji kami untuk belajar fisika bersama. (cyee dina..) Tentu saja saya tidak akan melakukan hal itu jika Uga tidak meminta saya, dan jika kami mengerti apa yang diajarkan dikelas. Karna itu bertepatan dengan tahun ajaran baru, kelas 2 SMA.
Kau tau? Tepat hari itu, saya sedang mengenakan gelang yang diberikan seseorang kepada saya, janji pertemanan kami. Janji "pertemanan" kami. Saya sedang merindukan teman saya itu, jadi saya kenakan saja gelangnya. Dan disinilah hari bermula.
Saya dan Ugani, sekitar jam setengah 3 sore, setelah kami selesai makan siang, kami lalu berlari-lari sebentar, bermain, mencari Nelwan, dan menuju DPR. Nelwan adalah teman sekelas kami waktu kelas 1, dan dia sangat pintar sekali, salah satu murid di kelas unggulan setelah kami naik kelas. Kami mencarinya, kami mendapatkannya, lalu kami duduk di DPR pertama, tepat sejajar dengan kantor guru.
By the way, di DPR kami terdapat 6 bagian meja dan tempat duduk yang terbuat dari bata. Jadi kami duduk di DPR pertama paling depan. Jika kalian yang membaca blog saya ini tau tempat yang saya maksud, informasi sedikit, saya duduk menghadap SMP, Uga disebelah saya, dan Nelwan berada disebelah kanan saya, menghadap kelas yang ada dibelakang DPR. Tak berapa lama kami belajar, lalu datanglah mereka.
Mereka? Mereka alumni sekolah kami angkatan tahun 2010, sekitar 3 tahun diatas kami. Bisa bayangkan, bagaimana pertama sekali melihat sekelompok laki laki, tinggi tinggi, cakep cakep, dan anak kuliahan. Betapa segannya kami, dan saya tertarik melihat seseorang dengan rambut gondrong, benar benar Bandung. Kenapa saya tau mereka alumni yang kuliah dari Bandung? Karena disitu ada seorang abang gereja saya, satu gereja dengan saya sebelum dia kuliah di Bandung. Saya mengenalnya. Dia menyapa saya, dan selama kami belajar, kau tau gaya belajar anak SMA bukan? Tidak pernah serius, kecuali orangnya emang serius. Dan kami bukan salah satu dari anak-anak serius itu, kecuali Nelwan tentunya. Baiklah. Dan selama kami belajar, abang yang saya kenal sebagai teman satu gereja saya dulu, bang A (maaf nama tidak dipublikasi agar nyaman oleh berbagai pihak), dengan sibuknya mengganggu saya, sehingga saya harus tertawa banyak, lebar, dan teriak teriak untuk membalas setiap ejekan yang ia lontarkan kepada saya. Dia mengenal seseorang yang sedang "berteman" dengan saya waktu itu. Kenapa saya bilang "berteman"? Karena kami memang berteman, tidak lebih dari itu, dan saya tidak mau lebih dari itu, waktu itu.
Dan, saya sadar, seseorang itu, rambut gondrong itu, yang duduk tepat disebelah bang A dan kawan-kawan mereka, yang duduk tepat di DPR hadapan kami, melihat kearah saya, ketika saya sedang adu mulut seru dengan bang A. Saya melihat matanya. Saya tau tatapan itu, senyum kecil itu, tapi saya tidak bisa merangkaikannya lewat kata-kata. Saya tidak tau pasti itu apa, tapi ada yang mengatakan dalam diri saya, sesuatu, kemudian saya paham itu apa. Tidak, saya hanya bisa merasakan apa artinya, tidak dalam bentuk yang harafiah.
Beberapa kali seperti itu, lalu seseorang itu pergi ke seberang lapangan, duduk di pohon, di depan kantor guru. Hahaha.. Saya mengikutinya dengan anak mata saya, sambil saya belajar, sambil saya membalas obrolan dengan bang A juga. "Eh punya bb juga kau ya, ngga bagi bagi pin. Bagi lah." "Yaudah add aja bang." Sahut ku kepada bang A. Kejadian itu berlangsung cukup panjang sampe sekitar jam setengah 5, saya lalu pulang, karena sudah dijemput.
Malam hari. Saya berada di kamar mama saya, bersama kak Jessy, Dini, dan Diana. Kami menonton televisi, ritual yang selalu kami lakukan ketika pemilik kamar sedang pergi setiap hari Jumat malam.
Saya menerima friend request ke blackberry messenger saya. Sejak bulan Juni saya menerima bb baru saya itu, saya sudah mewanti-wanti diri saya sendiri, untuk tidak menerima friend request dari siapapun yang tidak saya kenal. Kemudian saya membaca nama pengirim request, lalu saya tertegun. Sesuatu mendorong saya untuk menekan tombol "accept", hal yang jarang saya lakukan kalau saya tidak mengenal nama pengirim. Sedikit lama saya berpikir untuk memilih tombol itu, lalu sesuatu bercokol di pikiran saya "udah terima aja na, kawan baru jangan sering-sering ditolak." Saya menekan tombol accept.
Hitungan ke 10 setelah saya memilih tombol itu, saya menerima bbm. Sudah bisa tebak dari siapa bukan? Yap, dari si pengirim friend request tadi.
Pengirim : Halo :)
Me : Halo juga.
Pengirim : Salam kenal ya. :)
Me : Ini siapa?
Pengirim : Yang tadi di DPR loh.
Me : Ooh yang mana bang?
Pengirim : Yang pake baju warna hitam tadi.
Me : Banyak tadi yang pake warna hitam bang.
Pengirim : Yang rambutnya gondrong. -_-
Me : Hahahaa! Ooo yang itu. Tau tau bang.

Dan mulailah chat pertama kami.
Chat yang selama ini saya lakukan, tidak pernah menggunakan emoticon, saya sangat anti melakukan itu karena bagi saya terlalu haybring, harus keluar juga ketika chat dengan seseorang ini. Saya tidak tau bagaiman cerita pastinya, yang pasti saya merasa bertemu dengan teman lama saya ketika chatting dengannya. Saya tidak gugup, tidak kehilangan kata, tidak harus cuek, tidak harus memikirkan banyak hal. Saya menikmatinya. Kami berkenalan. Berkenalan satu arah maksudnya. Karena abang ini yang lebih aktif bertanya. Tentang saya, kelas berapa, berapa bersaudara, sampai golongan darah. -_-

Chatting kami berlanjut tidak satu hari itu saja. Besoknya lagi, besoknya lagi, lagi, dan besoknya lagi. Maaf, saya sudah lupa apa saja yang kami bicarakan selama itu. Tapi, ehm, tidak setiap hari maksud saya. Kadang berhenti satu hari, lalu lanjut 2 atau 3 hari, berhenti sebentar, dan lanjut lagi. Salah satu pembicaraan kami yang berkesan buat saya, yaitu ketika dia mau potong rambut. Dia bertanya pendapat saya tentang bagaimana model rambut cowo yang bagus. Dia mengirimi saya banyak foto model rambut, menanyakan pendapat saya, lalu mencari lagi. Sampai saya pun ikut mencari di Internet. Keesokan harinya, teman sekelas saya, yang sering kami panggil "Vijay", datang ke kelas dengan potongan rambut baru. Dengan potongan yang menurut saya keren, dan dari dulu, saya memang menyukai model rambut laki-laki seperti itu. "Tok tok, itu model rambut si Vijay namanya apa?" "Mohawk itu tok. Jadi keren kali dia ya kan?" Jawab chris, teman saya. Lalu waktu kami chattingan, saya mengatakan tentang model rambut Mohawk tersebut ke dia. Fyi, sebut saja dia bang #.

Bang # : Mak.. Mohawk itu yang kayak anak-anak band itu loh din, yang rambutnya ke atas gitu terus sampingnya ditipisin, sampe botak juga ada. -_-
Me : Oiya ya bang? Tapi tadi rambut temenku ga sampe botak kok. Rapi jadi rambutnya bang. Coba abang cari aja lagi yang lain di internet.

Okey, dan tibalah hari pemotongan rambut bang #.
Sore hari.

Bang # : Din, aku udah jadi potong rambut.
Me : Serius bang? Hahaha jadi model apa?
Bng # : Aduh aku ga ngerti ini apa -_- Yang jelas kependekan kali kurasa. Nanti la ya aku fotoin.

Malam hari. Saya sudah mau tidur. Di tempat tidur kamar saya.
Bang # : Din ini fotonya. Jelek kali kan? -____-

Saya buka foto pertama. Prang. Saya mati kata. Saya beku. (halah) Beneran. Saya suka sekali model rambutnya. Saya suka gaya dia duduk sambil melihat ke arah samping itu. Saya suka jam tangan hitam di tangan kirinya itu, saya suka senyum itu, sama seperti yang saya lihat di DPR.

Me : AAA ya ampun bang keren loh. Aku serius, bagus kali. Engga kependekan kok bang, rapi kali. Seger gitu jadi keliatannya.
Bang # : Masa sih dina? Aku ga pede kayak gini, kok rasanya kependekan ya. Kebiasaan gondrong ini din.
Me : Iya bang. Percaya sama aku, tambah ganteng! Abang rapi kali keliatannya.

Dan selanjutnya, dan selanjutnya, ucapan terimakasih, pujian, terimakasih, pujian, dan semacamnya.
Bbman kami yang lain, dia juga menceritakan tentang kecintaannya sama otomotif. Mulai dari dia masih pakai sepeda motor dulu di SMA, sampai mobil baru yang kala itu, tanggal 25 juli, baru diterimanya dan keluarganya. Dia juga berbakat dibidang fotografi. Gimana angle, suasana, cahaya, saya tidak mengerti gimana cara liatnya. Tapi saya bisa merasakan hasil fotonya, jiwanya disana. Bakatnya ada. Saya sempat mengecek facebooknya, foto fotonya, dan foto yang dia ambil sendiri.

Sampai bbman kami sampai di minggu ke 4 atau 5, dia mulai mengakui kalau dia menyukai saya. Tidak, dia tidak meminta saya menjadi pacarnya. Tidak seburu-buru itu. Setiap dia mengatakan hal itu, saya hanya menjawab "I appreciate that bang, aku juga suka berteman sama abang." dan berbagai jawaban lainnya dengan tema yang sama. Saya tau itu menyakitkan buat dia, karena insting perempuan saya mengatakan, suka yang dia maksud, bukan suka yang seperti saya balas ke dia. Tapi ya, antara laki-laki dan perempuan. Saya hanya merasa itu terlalu cepat. Terlalu dini. Dan mungkin terlalu terburu-buru. Tapi kau tau, tidak ada yang bisa menebak perasaan, kapan ia harus datang dan pergi lagi, dan datang lagi, dan pergi lagi. Itulah yang saya alami dengannya.
Tapi-nya lagi, saya tidak bisa memungkiri kalau saya juga nyaman dengannya. Saya tidak berani mengatakan kalau saya menyukainya, karena saya sendiri tidak tau perasaan saya bagaiman saat itu. Seharian di satu hari, saya bergumul dengan perasaan saya sendiri. Seperti ada sesuatu yang sedang saya tahan, tapi tidak berani saya keluarkan. Saya berpikir terus, kebingungan, bertanya-tanya sendiri, berjalan keluar-masuk kamar, tiduran diatas tempat tidur, berdiri dan keluar kamar lagi, lalu saya duduk di meja belajar saya. "Hah iya iya, aku suka sama dia. Aku suka sama bang #. Aku suka sama dia.", kata saya kepada diri saya sendiri. Saya membisikkan kalimat itu ke diri sendiri, lalu saya merasa lepas. Tidak ada yang menahan saya. Lalu saya tersenyum sendiri. (iuwh) Sekitar 10 menit setelah keyakinan saya itu, saya menerima balasan bbm masuk.

Bang # : Aku lagi tiduran aja di sofa din. Entah kenapa aku tiba tiba ngerasa kalo dina udah suka sama orang lain.

Tep! Saya terdiam. Saya berpikir. Saya bingung. Saya, saya benar benar tidak mengerti situasi alam seperti ini. Saya malah bingung saya harus bahagia atau bagaimana. Layaknya ada sinyal, ada benang yang tidak terlihat, menyambungkan saya dengan orang ini. Saya sungguh tidak mengerti.
Ketidak-mengertian saya itu, saya simpan. Keyakinan saya tadi, saya benar-benar simpan. Karena kalau tidak saya simpan, masalahnya bisa brabe. Saya belum mau di kontrol, saya mau bebas dulu, saya tidak mau terikat apa-apa, saya mau mandiri, saya mau kuat, saya tidak mau manja, saya tidak mau bertumpu kepada orang lain. Saya tidak mau. Makanya saya menyimpannya saja. Mungkin suatu waktu saya bisa membaginya kepadanya, lain kali, tidak saat itu.

Sekitar 2 minggu setelah itu, dia kembali ke Bandung. Ucapan perpisahan, bye-bye, dan satu lagi, "Senengnya, pulang ke medan kali ini dapat kenalan baru, setelah sebelum-sebelumnya ga pernah. Makasi dina. Sampai ketemu lagi ya. :)"
:""

Sehari setelah dia di Bandung, kami lost contact
Kepulangan pertamanya selesai sampai disitu.

Sunday, August 11, 2013

Yang Sudah Lewat Belakangan Ini.

Lagi pengen nulis banyak banyak, makanya saya kesini.
Long time no see, Blogger. Akhirnya saya sempat berlama lama di depan kompi. (Berasa sibuk aja..)

Yap, tahun ini resmi jadi mahasiswa. Yang dari SMA-nya anak IPA, hidupnya novel aja, otak psikologi, terdampar ke Akuntansi di salah satu universitas negeri terkenal di Medan. Cita cita sih, pengen hidup ke Bandung, pengen belajar ke universitas negeri disana. Tapi ya, sudahlah. Toh saya masuk kesini dengan banyak keajaiban. Saya tidak akan membuang kesempatan lagi untuk mencoba ujian tahun depan. Disini saja sudah baik, asal dijalani baik baik.

Saya mau sedikit cerita tentang kehidupan saya belakangan ini. Saya sedang dekat dengan seseorang. (Nah loh?)
Hahaha.. tenang saja. Di title selanjutnya, saya akan lengkap menceritakan tentang si Pemuda nan kurang beruntung ini.

Banyak yang udah lewat. Tahun 2012 ke 2013 itu benar-benar tahun yang hectic parah. Saya kurang istirahat, ikut bimbingan belajar dari pagi sampai malam, belajar diluar porsi saya sebelumnya, ikut try-out setiap hari Sabtu yang bikin rambut tambah keriting, dan blablabla, banyak lagi.

But, anyway, saya senang menjalani itu semua. Kenapa senang, Dina?
Karena saya melakukan banyak hal. Saya bertemu dengan banyak hal, saya belajar tentang banyak hal, saya menjalani hal hal yang sebelumnya tidak pernah saya jalani. Dan saya akan sangat rindu sekali masa masa saya masih mengikuti bimbingan belajar. Keluh kesah, sedih senang, satu paket. Saya sempat stres, hampir, tapi saya bisa melewati masa masa sulit tersebut, berkat orang orang disekeliling saya. Teman teman saya, Egik, Ella, Uga, Dini, Mereka berkat buat saya dari Tuhan selama 3 tahun belakangan ini. Juga Mama dan Papa saya, Opung Doli saya (saksi saya sesenggukan di mobil karena ribet milih jurusan), Opung Boru saya (setia buatin roti panggang pakai nutella setiap pagi), Diana (adik satu-satunya), Ka Yessy, Ka Evvi (Suster di klinik gereja, Enim (cyeee Dina. Dia sekarang menjadi sosok yang baik, tambah dewasa, dan dia salah satu orang paling care, selama saya dan kembaran saya menjalani masa masa bimbingan belajar.), terus juga doa dari Gereja, guru-guru sekolah minggu, temen temen gereja, daaan ga ketinggalan si pemuda yang saya ceritakan di paragraf sebelumnya. Dia sangat sangat membantu banyak. Saya sampai bingung harus berterimakasih bagaimana sama orang-orang yang sudah saya sebut diatas. Saya merasa diberi berkat yang ga habis-habis karena ada mereka.

Terus, akhir-akhir ini juga, saya masih rindu-rindunya sama masa masa sekolah saya, SMA saya, bangku belajar saya di kelas, teman teman sekelas, catatan kelas yang dulu wajib saya isi setiap hari, kantin sekolah, lapangan, DPR, serius-serius belajar di kelas, guru-gurunya.. Semuanya sudah menjadi rumah saya selama 3 tahun ini. Tempat dimana saya bisa bebas teriak dimana-mana, ketawa lebar-lebar, lari kemana-mana, bisa ketemu banyak masalah, banyak cerita, banyak mendengar.
Tapi, kata pemuda yang saya ceritakan di paragraf awal, hidup harus jalan terus. Ngga boleh terus terusan sedih, toh nanti kuliah bakal banyak juga kejadian baru. Harus bisa belajar dewasa. Lagian kan, masih bisa ke sekolah kapanpun saya mau. Ya, dia benar. Terimakasih kepada Tuhan.

And the last, saya rindu, dan akan selalu rindu sama yang sudah pernah saya lewati. Hal hal yang buat saya, sangat membantu dan mengajarkan saya banyak hal. Selamat berjuang, teman teman! Perjuanganmu tidak akan pernah sia-sia. Selamat hari baru!